Jika kita cermati, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era reformasi dan globalisasi saat ini mengalami dinamisasi yang sangat akseleratif. Sebagai konsekuensinya, hal tersebut menuntut kita untuk menjadi manusia yang berkualitas yang mampu mengimbangi lajunya perkembangan iptek tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Zamroni (2001: 33) bahwa ciri manusia berkualitas salah satunya adalah memiliki keahlian dalam bidang iptek. Manusia berkualitas ini hanya dapat dihasilkan melalui proses pendidikan yang berkualitas.
Salah satu sarana untuk menciptakan proses belajar mengajar yang berkualitas di sekolah adalah perpustakaan. Perpustakaan sekolah dewasa ini bukan hanya merupakan unit kerja yang menyediakan bacaan guna menambah pengetahuan dan wawasan bagi murid, tapi juga merupakan bagian yang integral pembelajaran. Artinya, penyelenggaraan perpustakaan sekolah harus sejalan dengan visi dan misi sekolah dengan mengadakan bahan bacaan bermutu yang sesuai kurikulum, menyelenggarakan kegiatan yang berkaitan dengan bidang studi, dan kegiatan penunjang lain, misalnya berkaitan dengan peristiwa penting yang diperingati di sekolah.
Perpustakaan sebagai salah satu sarana pendidikan bahkan terkenal dengan jantungnya pendidikan, yang secara langsung maupun tidak langsung turut berperan serta dalam proses pembentukkan manusia berkualitas, perlu mendapat penangananan yang optimal agar bisa berfungsi secara optimal. Di Indonesia, khususnya di sekolah-sekolah perpustakaan yang ada belum sepenuhnya difungsikan secara optimal. Bahkan sebagian sekolah hanya menempatkan perpustakaan sebagai sarana birokrasi, berfungsi asal bapak senang. Untuk berjaga-jaga kalau ada peninjauan dari pejabat/pengawas. Atau hanya untuk kepentingan memperoleh akreditasi atau persyaratan menjadi Sekolah Standar Nasional (SSN).
Bahkan akhir-akhir ini, terkait dengan program sertifikasi guru, ada beberapa sekolah yang menempatkan bapak ibu guru sebagai koordinator atau kepala perpustakaan. Alasannya, agar bapak ibu guru tersebut dapat memenuhi persyaratan mengajar 24 jam untuk kepentingan sertifikasi. Padahal bapak ibu guru tersebut belum tentu menguasai manajemen perpustakaan karena memang mereka bukan ahli pustaka atau bukan pustakawan. Dengan demikian, bisa dibayangkan ke depan perpustakaan sekolah yang dipimpinnya seperti apa.
Kondisi perpustakaan lainnya, terkait dengan sepinya pengunjung perpustakaan yang terjadi di beberapa sekolah. Keadaan ini disinyalir karena minimnya koleksi buku-buku yang ada dan juga karena koleksi buku yang ada kurang sesuai dengan minat anak-anak. Minimnya koleksi buku-buku perpustakaan yang ada, bisa dikarenakan pihak sekolah belum mengoptimalkan anggaran untuk perpustakaan. Padahal dalam Undang-undang Perpustakaan no 43 tahun 2007, disitu tertera dengan jelas bahwa sekolah wajib mengalokasikan anggaran untuk pengembangan perpustakaan sebesar 5 % dari seluruh anggaran belanja sekolah di luar gaji pegawai. Akan tetapi pada kenyataannya belum semua sekolah memahami undang-undang tersebut, sehingga banyak sekolah yang belum mengalokasikan anggaran utnuk pengembangan perpustakaan yang ada.
Dengan demikian perkembangan perpustakaan sekolah yang ada bertahun-tahun seperti jalan di tempat. Sarprasnya terbatas, koleksi bukunya juga terbatas, pengunjungnya pun tidak pernah bertambah. Mati enggan, hidup pun sungkan.
Terlepas dari kondisi seperti apa perpustakaan yang ada di negeri ini, khususnya di sekolah-sekolah, yang jelas seiring dengan berkembangnya era reformasi, informasi dan globalisasi, maka sudah saatnya kita menata ulang, membenahi, perpustakaan yang ada agar berfungsi secara optimal sebagai perpustakaan sekolah ideal di masa yang akan datang.
Perpustakaan sekolah yang ideal adalah perpustakaan yang mampu melayani kebutuhan pengunjungnya, perpustakaan yang mampu mengoptimalkan fungsinya sebagai sarana pendidikan, perpustakaan yang mampu mengimbangi perkembangan iptek dan informasi, dan perpustakaan yang mampu menjadi sumber belajar bagi para siswanya serta perpustakaan yang sudah mampu mengaplikasikan system aotomasi.
Tujuan dari uraian mengenai perpustakaan sekolah yang ideal ini adalah memberikan wawasan bagi para pengelola pendidikan khususnya di sekolah-sekolah terlebih bagi pengelola perpustakaan sekolah itu sendiri agar mampu mewujudkan perpustakaan yang ideal demi tercapainya visi dan misi sekolah. ,
Perpustakaan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1998: 577) diartikan sebagai tempat buku-buku, informasi dan lain-lain. Karena buku-buku merupakan sumber ilmu, maka perpustakaan memiliki peran yang strategis dalam rangka mencapai tujuan dan peroses pendidikan. Perpustakaan merupakan instrumen belajar yang vital, ini jika diibaratkan perpustakaan adalah jantungnya pendidikan. Jantung harus berdetak, supaya tubuhnya tetap hidup. Akan tetapi yang terjadi selama ini, perpustakaan belum menjadi bagaian dari proses pendidikan, melainkan perpustakaan baru sebagai pelengkap sarana pendidikan. Karena itu jangan heran jika suatu ketika kita menemukan sebuah perpustakaan sekolah yang keadaannya sepi, bukunya tertata rapi dan masih baru belum tersentuh tangan. Tetapi ada juga sih, beberapa sekolah, yang perpustakaannya betul-betul berfungsi sebagai jantungnya pendidikan. Sehingga hampir tiap hari ramai pengunjung dan fasilitas pun memadai bahkan sempat menjadi juara tingkat nasional.
Saat ini ditengah-tengah isyu adanya hasil pendidikan kurang memuaskan, penataan dan pembenahan fungsi optimal perpustakaan kiranya bisa sebagai salah satu alternatif pemecahan. Perpustakaan sebagai gudangnya ilmu pengetahuan, jika dioptimalkan fungsinya maka (1) para siswa akan senang berkunjung ke perpustakaan, (2) para siswa akan banyak membaca buku-buku perpustakaan, yang artinya akan banyak pula ilmu terserap dikepalanya, (3) Para siswa menjadi pandai dan menguasai banyak ilmu pengetahuan (cerdas), (4) Para siswa yang cerdas, akan berkorelasi secara signifikan terhadap perilakunya, (5) Minat membaca dan belajar siswa meningkat.
Selain itu, perpustakaan memiliki beberapa peran, misalnya (1) sebagai wahana belajar sepanjang hayat, (2) sebagai salah satu upaya untuk memajukan kebudayaan nasional, perpustakaan merupakan wahana pelestarian kekayaan budaya bangsa. (3) sebagai media penamana budaya gemar membaca melalui pengembangan dan pendayagunaan perpustakaan sebagai sumber informasi yang berupa karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam (UU no 43 tahun 2007).
Perpustakaan juga memiliki fungsi kultural, misalnya perpustakaan dapat dimanfaatkan secara informal sebagai lingkungan yang indah, berbudaya serta merangsang, yang memiliki sumber daya berupa majalah, novel dan terbitan lain serta audio-visual. Peristiwa penting dapat diselenggarakan di perpustakaan, misalnya kegiatan pameran, kunjungan pengarang dan hari literasi internasional. Jika tersedia ruangan yang mencukupi, murid dapat menyelenggarakan pertunjukan yang diilhami oleh bacaan di depan para orang tua dan murid lainnya, dan pustakawan dapat mengorganisasi kegiatan bedah buku dan mendongeng untuk anak-anak yang lebih muda.
Alangkah indah dan nyamannya dunia pendidikan jika memiliki para siswa, pelajar, dan mahasiswa yang cerdsa-cerdas. Negara dan pemerintah ini tentunya akan dipimpin oleh orang-orang yang cerdas, yang mampu membawa bangsa dan negara menuju ke kemakmuran bersama sesuai dengan cita-cita para pejuang kemerdekaan dahulu. Orang yang cerdas berbanding lurus dengan perilakunya. Jadi, jika negara Indonesia dipimpin oleh orang-orang yang cerdas, kemungkinan besar tidak akan ada kasus korupsi, perselingkuhan, pembunuhan atau narkoba. Bahkan kegiatan demo-demo yang sering dilakukan oleh masyarakat luas juga bisa dikendalikan. Karena orang yang cerdas, jika mau berbuat, pasti dipertimbangkan dulu plus minusnya.
Perpustakaan adalah tempat buku-buku, informasi dan lain-lain. Buku-buku yang ada di perpustakaan memang untuk dibaca. Tak terhitung jumlahnya berapa kekayaan pengetahuan yang kita peroleh melalaui kegiatan membaca. Bahkan ada pepatah, tidak membaca apa kata dunia?!. Memang benar, buku adalah jendela dunia. Tidak membaca buku tidak bisa melihat dunia.
Dengan membaca buku, dunia yang jauhpun informasinya dapat kita ketahui. Bahkan kita tidak tebatas hanya membaca buku, buka intenet kita baca isinya. Kita peroleh sesuatu hasil kita membaca lewat internet. Maka orang yang gemar membaca, kaya akan pengetahuan dan pengalaman untuk diintegrasikan dalam perilakunya sehari-hari. Dengan pengetahuan yang berlebih diharapkan akan terefleksi dalam perilakunya yang dapat diteladani oleh orang lain. Bahkan menurut Kusumawardani (2008:06) kegiatan membaca sama dengan membangun budaya masyarakat pembelajar, yang selalu haus akan ilmu pengetahuan.
Dalam Al-qur’an surat 96:1-5, diterangkan bahwa ketika Malaikat Jibril datang dan meminta Muhammad untuk membaca. Muhammad menjawab: ”Apa yang akan saya baca?” seterusnya malaikat itu berkata ”Bacalah! Dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah. Dan Tuhan mu maha Pemurah. Yang mengajarkan dengan Pena. Mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya…” Dengan kutipan tersebut jelaslah bahwa perintah membaca bukan semata-mata keinginan kita agar lebih maju dan bertambah ilmu melainkan dalam alquran pun mengajarkan kepada kita..”Apapun yang kita baca, lakukanlah dengan menyebut nama Tuhanmu! Lewat bacaan itu, Dia akan mengajarkan kepada kita apa yang sebelumnya tidak kita ketahui…”. Jadi, tidak berlebihan jika sekolah mewajibkan para siswa untuk melakukan kunjungan perpustakaan dan mewajibkan siswa membaca buku secara rutin dan berkala.
Menanamkan budaya membaca memang mutlak dilakukan jika kita menghendaki bangsa ini menjadi bangsa yang cerdas. Hal ini bukan hanya tanggungjawab dari para pendidik di sekolah, tapi juga tanggungjawab masyarakat luas, termasuk orangtua. Tetapi yang terlihat sekarang ini, kita lebih sibuk dan asyik menonton sinetron daripada membaca buku. Inilah fenomena yang tidak bisa kita pungkiri yang ada di masyarakat kita.
B. Perpustakaan Sekolah yang Ideal di Masa Depan.
Perpustakaan sebagai bagian dari sarana dan proses pendidikan selain fungsi dan perannya dioptimalkan, keadaan perpustakaan itu sendiri juga harus memadai bahkan ideal. Perpustakaan sekolah yang ideal yang sesuai dengan tuntutan zaman saat ini itu yang seperti apa?.
Perkembangan iptek yang semakin dinamis dan akseleratif di era globalisasi saat ini menuntut perpustakaan untuk selalu berkembang menyesuaikan perkembangan IPTEK tersebut. Untuk mewujudkan perpustakaan sekolah yang ideal di masa depan nanti, ada langkah-langkah nyata dan strategis yang harus dilakukan, antara lain mencakup (1) penataan tempat/ruang, (2) koleksi materi perpustakaan, (3) sarana pendukung, (4) pelayanan sistem automasi, (5) pustakawan dan (6) pemakai perpustakaan/ minat baca pemakai.
- Lokasi dan Ruang Perpustakaan
Perpustakaan yang baik lokasi dan ruangnya haruslah startegis, dalam arti mudah terjangkau oleh para pengunjung, baik oleh siswa, guru maupun karyawan tata Usaha. Jika memungkinkan lokasi terpusat atau sentral, tidak di lantai atas yang menyebabkan para siswa maupun guru enggan mengunjunginya. Akses dan kedekatan, dekat dengan semua kawasan pengajaran. Faktor kebisingan diminimalkan. Pencahayaan diusahakan baik dan cukup, baik lewat jendela maupun lampu penerangan. Suhu ruangan yang tepat /sesuai ( misalnya ada suhu ruangan atupun ventilasi yang mencukupi) untuk menjamin kondisi bekerja yang baik sepanjang tahun. Ukuran ruang juga harus cukup untuk menampung koleksi buku, fiksi dan nonfiksi dan juga jumlah pengunjung.
2. Koleksi Materi Perpustakaan
Koleksi perpustakaan sekolah disesuaikan dengan keadaan sekolah, jumlah siswa, kemampuan sekolah, kebutuhan para penggunanya baik guru maupun siswa dan warga sekolah lainnya. Perkembangan koleksi yang terus menerus merupakan keharusan untuk menjamin penggguna memperoleh pilihan terhadap materi baru secara tetap. Tenaga perpustakaan harus bekerjasama dengan administrator dan staf lain agar dapat mengembangkan kebijakan manajemen koleksi bersama.
Koleksi sumber daya buku harus sesuai dan hendaknya menyediakan sejumlah buku secara memadai per pengunjung, misalnya satu pengunjung 10 buku. Perpustakaan terkecil hendaknya memiliki paling sedikit 2.500 judul materi perpustakaan yang relevan dan mutakhir agar stok buku sesuai dengan kemampuan dan latar belakang pengguna. Paling sedikit 60% koleksi perpustakaan terdiri dari buku nonfiksi yang berkaitan dengan kurikulum. Yang tidak kalah pentingnya, ternyata para siswa juga butuh bacaan hiburan seperti majalah, kumpulan cerpen, komik, atau buku teka teki silang, kaset video, dan lain-lain yang dapat menghibur dan mengurangi kepenatan siswa. Pemilihan materi hiburan tersebut harus ada kerjasama antara pengurus perpustakaan dengan para siswa selaku pengunjungnya.
3. Sarana Pendukung Perputakaan Sekolah yang Ideal. Sumber daya Elektronik
Sumber informasi elektronik harus mencerminkan kurikulum dan minat serta budaya pengguna. Sumberdaya elektronik hendaknya meliputi akses ke Internet, pangkalan data referens khusus dan teks lengkap, bermacam paket perangkat lunak komputer berkaitan dengan pengajaran. Sumber tersebut hendaknya dapat diperoleh dalam bentuk CD-ROM dan DVD.
Penting juga untuk memilih sistim katalog perpustakaan yang dapat diterapkan untuk mengklasifikasi dan mengkatalog materi perpustakaan sesuai dengan standar bibliografis nasional dan internasional. Hal tersebut memungkinkan perpustakaan memasuki jaringan yang lebih luas.
- Peralatan Elektronik dan Pandang-dengar
Perpustakaan mempunyai peran penting sebagai pintu gerbang bagi pengguna masa kini yang berbasis informasi. Karena alasan inilah, maka perpustakaan harus menyediakan akses ke semua peralatan elektronik, komputer, dan pandang-dengar. Peralatan tersebut meliput Komputer meja dengan akses internet, Katalog akses publik, tape-recorder, perangkat CD-ROM, alat pemindai (scanner), perangkat video (video players), dan peralatan komputer lainnya.
4. Pelayanan Sistem Automas
Pekerjaan administrasi dalam perpustakaan yang ideal sudah harus dikerjakan dengan computer. Istilah lainnya adalah sistem automasi. Sistem automasi yang utuh diartikan sebagai sebuah sistem yang merangkai secara terpasang (online) setiap jenis kegiatan di perpustakaan sehingga komputer menghasilkan informasi yang bersifat serta merta (instant information). Misalnya bila sebuah buku X dipinjam dan dicatatkan ke komputer di layanan sirkulasi, maka data peminjaman tersebut diinformasikan seketika itu juga kepada pemakai yang sedang melakukan penelusuran bahwa buku X telah berkurang jumlah eksemplarnya sebanyak satu buah. Jadi pemakai dapat memperoleh informasi tentang keberadaan sebuah buku apakah di rak atau di tangan peminjam. Sistem automasi yang utuh juga berarti bahwa data terpusat di satu tempat (file server) yang dapat dimanfaatkan melalui terminal-terminal secara serentak.
5. Tenaga Perpustakaan
Tenaga perpustakaan sekolah yang ideal di masa depan yang tersedia harus berkualifikasi (minimal D2, D3 atau S1) dan profesional. Mereka harus lulusan ilmu perpustakaan sehingga layak disebut pustakawan atau ahli perpustakaan. Karena saat ini eranya adalah era teknologi informasi dan komunikasui, maka pengoperasian komputer harus sudah menjadi menu sehari-hari. Namun pada kenyataannya, banyak sekolah-sekolah baik tingkat SD, SMP bahkan SMU yang masih menempatkan guru bahkan tenaga kependidikan bukan ahli pustaka sebagai kepala perpustakaan atau petugas perpustakaan. Dengan demikian, perkembangan perpustakaan yang ada berjalan tertatih-tatih atau perkembangannya bagaikan jalan di tempat.
6. Pengguna / Minat Baca Pemakai
Perpustakaan sekolah yang ideal tentu ramai dikunjungi banyak siswa, baik untuk kepentingan peminjaman dan pengembalian buku, maupun kepentingan lainnya seperti untuk belajar, bermain internet, mengerjakan tugas, atau untuk kegiatan belajar mengajar bersama guru mapel. Para siswa dan guru rajin mengunjungi perpustakaan karena memang mereka membutuhkan perpustakaan sebagai sarana / sumber pembelajaran.
C. Kesimpulan dan Saran
Perpustakaan merupakan sarana proses pembelajaran yang dilakukan dalam rangka mencapai visi dan misi sekolah, maka keberadaan perputakaan di sekolah selain fungsinya dioptimalkan sebagai jantungnya pendidikan, maka perlu kiranya mewujudkan perpustakaan yang ideal sehingga perpustakaan yang ada betul-betul memenuhi dan layak sebagai perpustakaan sekolah yang ideal yang memungkinkan para siswanya belajar dan menggunakan perpustakaan sebagai sumber belajar. Dengan demikian, di tengah isu adanya hasil pendidikan kurang memuaskan, pengoptimalan peran dan fungsi perpustakaan menjadi salah satu alternatif pemecahan di samping upaya mewujudkan perpustakaan tersebut menjadi sebuah perpustakaan sekolah yang ideal.
Daftar Pustaka
Depdiknas, (2008). TIK sebagai Sumber Belajar di Perpustakaan. Jakarta: Direktorak Pembinaan Sekolah Menengah Pertama
Depdikbud, (1998) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Shaleh, Ibnu Ahmad, (1987). Penyelengaraan Perpustakaan Sekolah. Jakarta:
PT.Hidakarya Agung
Sulistyo-Basuki. (1991). Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama
Undang-undang No.43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan
Undang-undang no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Zamroni, 2001. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf Publishing.
Penulis: Dra. DARSITI, M.Pd
Gambiran, UH 5 / 292 RT 41 RW 10 Yogyakrta
Posting Komentar